Rabu, 21 Januari 2015

The Royal Palace (Kraton) and Water Castle (Taman Sari) in Yogyakarta

Waktu liburan hanya dihabiskan dengan bermalas-malasan di rumah? Absolutely no! Saya percaya bahwa waktu liburan diberikan kepada Anda agar Anda dapat mengeksplorasi hal-hal baru. Dengan liburan, Anda dapat memanfaatkan indera dengan sebaik mungkin untuk menyadari hal-hal menakjubkan yang belum Anda sadari sebelumnya. Saya adalah tipe orang dengan obsesi besar untuk menjelajah banyak daerah. Tetapi, kalau Anda belum mengenal daerah sendiri, kenapa harus memaksakan kehendak untuk berlibur ke tempat jauh?

Yogyakarta, kota kelahiran saya, menyimpan sejuta tempat wisata yang menarik. Salah satunya adalah Kraton Yogyakarta, tempat tinggal Sultan dan Taman Sari, yang dulunya sempat menjadi tempat tinggal Sultan. Untuk mencapai kedua tempat ini, Anda bisa menggunakan Trans Jogja dengan jalur 3A (bisa tanya ke penjaga halte untuk transit) dengan membayar Rp 4.000,00 saja. Jika menggunakan Trans Jogja, Anda bisa turun di halte depan Benteng Vredeburg dan berjalan kaki sekitar 500 meter ke Kraton. Jika tidak mau berjalan kaki, maka Anda bisa memesan taksi atau becak. Harga becak bisa ditawar, tergantung kemampuan  Anda  menawar. Kalau taksi di Jogja, rekomendasi saya adalah Taksi Jas (no telp 0274 373737). Ini bukan iklan, lho. Menurut pengalaman saya, taksi ini cukup profesional. Terakhir kali saya menggunakan, argo minimumnya adalah Rp 25.000,00.

Pintu masuk Kraton Yogyakarta untuk tempat wisata dibagi menjadi dua. Pintu masuk pertama adalah kraton di samping alun-alun utara persis. Kraton ini biasanya digunakan untuk upacara kraton dan terdapat beberapa koleksi kereta. Kemudian, pintu masuk kedua adalah kraton yang berada di belakangnya. Jarak antara pintu masuk pertama dan kedua cukup dekat, sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Kraton dari depan
Saya pribadi tertarik memasuki Kraton Yogyakarta dengan pintu masuk kedua karena terdapat beberapa penampilan. Menurut info yang saya dapat, setiap Senin-Selasa terdapat penampilan gamelan; Rabu terdapat penampilan wayang golek; Kamis terdapat penampilan tari; Jumat terdapat penampilan macapat; Sabtu terdapat penampilan wayang kulit; dan Minggu terdapat penampilan tari dan wayang orang. Oh iya, tiket masuknya Rp 5.000,00 saja untuk wisatawan lokal; Rp 12.000,00 untuk wisatawan mancanegara; dan Rp 1.000,00 untuk yang membawa kamera. Selain dapat menikmati penampilan yang disajikan, kita dapat berinteraksi langsung dengan para abdi dalem yang wara-wiri bertelanjang kaki. Kita juga dapat menikmati koleksi Kraton, seperti batik, peralatan dapur, foto keluarga Sultan, dan koleksi lainnya.
Pertunjukan wayang golek yang saya kunjungi di hari Rabu
Ibunya jago membatik :)
Setelah puas berkeliling Kraton, saya mampir ke Bale Raos. Bale Raos adalah restoran yang (katanya) menyajikan masakan-masakan favorit keluarga kerajaan. Restoran ini berada persis di belakang Kraton (Jalan Magangan Kulon 1, Kraton. Telp 0274 415550). Begitu masuk restoran, Anda akan disapa oleh pelayan yang ramah. Dekorasi restoran ini memadukan kebudayaan Jawa di bangunannya dan modern di penataan mejanya. Menu Bale Raos yang disajikan adalah menu-menu tradisional, sejenis sate, bestik Jawa, rawon, beras kencur, dan lainnya. Range harga Bale Raos mulai Rp 6.000,00-Rp 50.000,00. Saya memesan Lombok kethok (daging dipotong-potong yang dimasak seperti rawon) Rp 27.000,00, nasi merah Rp 6.000,00, dan beras kencur Rp 9.000,00. Harga tersebut belum termasuk pajak. Kita juga akan mendapatkan air putih dan keripik singkong gratis. Walaupun porsi makanan yang kurang mengenyangkan di perut saya, namun rasa masakannya saya acungi jempol.
Lombok kethok dan nasi merah
Beras kencur
Perjalanan saya lanjutkan dengan berjalan kaki menuju Taman Sari. Saya cukup membayar Rp 5.000,00 saja. Beruntungnya, walaupun saya tidak meminta untuk ditemani oleh guide, tetapi salah seorang guide menghampiri saya dan mengajak saya berkeliling (thanks to Bapak Agus who accompanied me). Bapak Agus adalah salah satu guide yang ramah, murah senyum, pengertian menemani saya ke bagian-bagian Taman Sari yang kurang menarik perhatian pengunjung lainnya, dan sabar menjelaskan kepada saya setiap detail Taman Sari.

Dengan bersemangat, Bapak Agus menceritakan sejarah Taman Sari yang dibangun sejak Sri Sultan HB I dan digunakan untuk tempat beristirahat Sultan (bersama permaisuri dan selir-selirnya) hingga Sri Sultan HB III. Taman Sari mulai ditinggal oleh keluarga Sultan sekitar tahun 1800-an karena gempa bumi yang merusak beberapa bagian dari bangunan tersebut. Kenapa Taman Sari disebut juga sebagai water castle? Karena beberapa bangunan di Taman Sari didirikan di tengah danau. Diceritakan, dulu Sultan menggunakan perahu untuk berkeliling danau. Sayangnya, danau tersebut sekarang sudah kering dan digunakan untuk rumah warga. Padahal kalau danau tersebut masih ada, saya jamin pemandangan Taman Sari akan jauh lebih indah.
Bagian water castle yang atapnya rusak akibat gempa
Ternyata, dulu Sultan adalah seorang muslim yang taat. Bukannya saya meragukan keagamaan beliau, tetapi saya kira Kejawennya lebih kuat. Hal ini dibuktikan dengan masjid yang menjadi salah satu bagian dari Taman Sari. Masjid ini dibangun dua tingkat dengan bentuk melingkar. Bangunan dirancang sedemikian rupa, sehingga suara yang dihasilkan dari imam atau muazin dapat menggema (fyi, dulu, kan, belum ada pengeras suara). Antar bangunan di Taman Sari dihubungkan dengan terowongan bawah tanah yang kuat, sehingga sampai saat ini tidak retak atau rubuh.
Salah satu ruangan masjid yang melingkar
Undakan masjid
Sangat menyenangkan dapat mengeksplorasi Kraton dan Taman Sari sendirian. Ups, ya, saya berkeliling Kraton dan Taman Sari sendirian. Hmm, I believe, when you are alone, it doesn't mean you are lonely. Sometimes, you want to make a distance from people to see what you could not see before. Perhaps, you'll hear the song of birds, the whisper of trees, or the fight between cats, you'll never know. Traveling sendirian, akan membuat Anda sadar akan banyak hal. Bukan berarti Anda menjadi orang yang penyendiri, lho. Dengan sendirian, Anda akan mengenal lebih banyak orang baru, melihat dunia dengan sudut pandang baru, dan menyadari bahwa Anda adalah pribadi yang lebih mandiri. Cobalah sekali-kali!