Rabu, 13 Agustus 2014

Jalan-Jalan dan Wisata Kuliner di Malang

Liburan semester lalu sudah dihabiskan di Bali. Target liburan semester kali ini adalah Malang. Actually, tujuan awal ke Malang adalah backpacking. Tapi, godaan di sana terlalu banyak dan hasilnya adalah culinary travelling.

Hari Pertama

Kami pesan tiket untuk ke Malang cukup mendadak, yaitu seminggu sebelum keberangkatan. Hasilnya, tiket ekonomi habis dan harga untuk bisnis atau eksekutif pun relatif mahal. Kami dapat tiket berangkat, Yogyakarta ke Malang menggunakan eksekutif Malioboro Ekspres seharga Rp 250.000,00. Untuk pulangnya, Malang ke Yogyakarta menggunakan bisnis Malabar seharga sama, yaitu Rp 250.000,00. Tapi ya sudahlah. Karena beberapa keperluan, apa boleh buat.


Dari Yogyakarta, kami berangkat menuju Malang dengan Malioboro Ekspres pukul 20.15 dan sampai Malang pukul 03.50. Kami solat subuh dulu di Stasiun Malang. Lalu sekitar pukul 05.30 kami berjalan menelusuri Jalan Trunojoyo sampai pasar Klojen (keluar stasiun belok kanan). Sayangnya, pasar masih tutup huhu, padahal kami mau cari sarapan. Akhirnya kami kembali ke stasiun dan menemukan penjual soto di depan stasiun. Setelah cukup kenyang sarapan, kami berjalan menuju alun-alun yang berada tepat lurus di depan stasiun. Alun-alunnya baguuus.
Alun-alun Malang
Next, kami jalan kaki (lagi) menuju Hotel Margosuko yang ada di Jalan KH. Ahmad Dahlan. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, kami berniat untuk backpacking, oleh karenanya kami memilih hotel melati di tengah kota. Tapi, tampaknya kami sedang tidak beruntung. Kamar dengan kelas standar I & II yang seharga Rp 100.000,00 an sudah habis semua. Alhasil, kami terpaksa mengambil kelas superior seharga Rp 250.000,00 (double bed, kamar mandi dalam, TV, breakfast, air mineral setiap hari, dan AC).

Setelah mandi dan beristirahat, pukul 10.00 kami memutuskan untuk keliling Malang. Awalnya kami ingin merental motor, tapi karena weekend, motor yang direntalkan sudah habis. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki. Kami menelusuri Jalan Agus Salim dan menemukan penjual bakso di pinggir jalan depan Gajah Mada Plaza. Karena bau bakso yang menggoda, akhirnya kami membeli bakso tersebut. Sayangnya, rasa bakso tidak seenak baunya. Padahal harga bakso cukup mahal, semangkuknya sekitar Rp 15.000,00.

Lalu kami melanjutkan perjalanan lagi melewati alun-alun Malang kedua di Jalan Merdeka. Tempatnya sangat rindang, sejuk, dan enak untuk duduk menikmati kota Malang. Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga Jalan Basuki Rahmat dan mampir di Toko OEN. Mampir di Toko OEN seperti sedang berada di luar negeri karena mostly pengunjungnya adalah bule. Jadi harap maklum kalau harga makanan dan minuman di sini relatif mahal.
OEN Special (Rp 40.000,00)
Setelah menikmati es krim OEN, kami melanjutkan perjalanan menelusuri Jalan Kahuripan ke barat dan menemukan Lai-Lai Market Buah di Jalan Arjuno No 36. Saya sangat bahagia di sini karena bisa menemukan berbagai macam jajanan pasar Malang (yang tidak dapat ditemukan di Jogja), buah-buahan dan sayur-sayuran dalam negeri atau impor yang segar-segar, dan barang-barang impor yang cukup sulit ditemukan di Jogja. Kami langsung memborong beberapa jajanan pasar dan makanan lainnya.

Setelah cukup "cuci mata" di Lai-Lai, kami lanjut berjalan kaki ke Stadion Gajayana. Di sini kami beristirahat sejenak memakan makanan yang kami beli di Lai-Lai. Kami lanjut berjalan kaki lagi menuju Olympic Garden Mal yang ada di Jalan Kawi. Setelah itu, kami benar-benar lelah dan memutuskan untuk pulang. Kami berjalan kaki lagi menuju hotel. Entah sudah berapa kilometer jarak yang sudah kami tempuh dengan berjalan kaki.

Hari Kedua
Di hari kedua ini, kami sangat bersemangat karena kami akan menuju Batu. Hal yang saya sukai di Malang adalah angkot di Malang atau Batu cukup lengkap dan banyak, sehingga kita tidak perlu bingung soal transportasi. Untuk informasi angkot di Malang saya biasa akses di www.malang-guidance.com/jalur-dan-rute-angkutan-mikrolet-di-kota-malang/ . Kemudian untuk informasi angkot di Batu saya biasa akses di www.ngalam.web.id/read/2889/angkutan-kota-angkot-di-kota-batu/ . So far, info yang kami dapat cukup lengkap. Tapi, kalau anda menemukan sumber lain yang lebih terpercaya, silahkan.


Pertama, pukul 08.30 kami menuju ke Jatim Park 2. Dari hotel, kami berjalan kaki sedikit ke Jalan Hasyim Ashari dan mengambil angkot LG atau LDG (yang jelas angkot menuju terminal Landungsari). Ongkosnya Rp 3.500,00-Rp 4.000,00 perorang. Dari Landungsari, kami mengambil angkot BJL warna kuning. Angkot ini akan menurunkan kita persis di depan Jatim Park 2. Ongkosnya Rp 4.500,00-Rp 5.000,00 perorang. Untuk tiket Jatim Park 2, terdapat harga khusus, tergantung tujuan dan hari apa kita berkunjung. Karena kami berkunjung di hari Minggu dan memilih paket Batu Secret Zoo (kebun binatang) dan Museum Satwa (diorama satwa yang diawetkan), kami dikenakan harga tiket masuk Rp 100.000,00 perorang. Jika memilih ditambah dengan Eco Green Park (wisata ekologi), harga menjadi Rp 120.000,00 perorang. Kami mengunjungi Batu Secret Zoo terlebih dahulu. Jujur, so far Batu Secret Zoo adalah kebun binatang yang binatangnya sangat banyak dan sangat lengkap. Saya beberapa kali ngobrol dengan petugas kebun binatang dan kabarnya ada marmoset yang dibeli seharga 500 juta. Saya lihat, perawatan binatang-binatang ini juga cukup baik. Bahkan, sebagian besar makanan binatang ini diimpor dari luar agar binatang tersebut tetap sehat. Semoga saja ke depannya, perawatan binatang-binatang ini dilakukan sebaik mungkin. Selain itu, di dalam Batu Secret Zoo juga banyak wahana bermain.
So cute! Saya elus-elus terus dia, bahkan saya menempelkan dagu saya di kepalanya.
Saya sempat lupa bahwa dia adalah seekor harimau :p
Mengelilingi Batu Secret Zoo sejak pukul 10.00 hingga 14.00 membuat perut kami lapar. Kami makan di salah satu tempat makan yang menyajikan nasi kebuli. Karena saking pinginnya, saya menghabiskan Rp 30.000,00 untuk sepiring nasi kebuli+daging kambing. Walaupun mahal, nasi kebuli ini cukup enak dan porsinya juga banyak. Selanjutnya, kami memasuki Museum Satwa. Di museum ini saya sebenarnya sedikit bosan. Mungkin karena hanya melihat hewan-hewan yang diawetkan dan saya sudah melihat hewan aslinya di Batu Secret Zoo. Tapi, saya tetap acungi jempol untuk diorama-diorama yang disajikan.
Bangunan Museum Satwa yang mengingatkan saya dengan gedung MK
Setelah puas keliling-keliling Jatim Park 2, kami memutuskan untuk kembali ke Malang. Kami naik angkot BJL kuning untuk kembali ke Landungsari. Kemudian, kami mengambil angkot AL, menuju ke Pasar Klojen. Di pasar ini, kami membeli snack Malang yang enak, yaitu serabi, ketan, dan pethola yang disiram dengan santan manis. Snack ini seharga Rp 6.000,00 saja perporsi.
Ini enak :)
Setelah "ngemil", kami berjalan menelusuri Jalan Panglima Sudirman (menelusuri perumahan PT KAI) lalu menuju ke stasiun. Di depan stasiun, kami menemukan warung bakso (yang katanya enak), bernama warung bakso Pak Dulmanan (keluar stasiun belok kiri). Menurut saya, bakso ini cukup enak. Setelah kenyang, kami akhirnya kembali ke hotel.
Harga bakso di warung Pak Dulmanan

Hari Ketiga
Seharusnya hari ini kami langsung ke stasiun untuk pulang ke Jogja karena kereta yang akan kami naiki berangkat pukul 14.30. Tapi, kami memaksakan diri untuk ke Selecta. Pagi-pagi pukul 08.30 kami berangkat menuju Landungsari dengan angkot LG atau LDG. Kemudian, dari Landungsari kami mengambil angkot BL warna ungu muda yang langsung mengantarkan kami ke terminal Batu. Dari terminal Batu, kami mengambil angkot BSS warna oranye yang mengantarkan kami ke Selecta. Tiket masuk ke Selecta sebesar Rp 20.000,00. Saya sebagai pecinta keindahan sangat senang bisa mengunjungi Selecta. Di sini kami disuguhkan pemandangan bunga-bunga dengan hawa sejuk khas Batu.
Selecta
Di Selecta juga terdapat banyak wahana permainan, termasuk wahana permainan air
Setelah puas keliling Selecta, kami memutuskan untuk pulang dengan mengambil angkot yang sama. Namun, di tengah perjalanan menuju ke Malang, jalanan macet total. Ternyata hari itu (11 Agustus) adalah hari ulang tahun Arema, klub sepak bola kebanggaan Malang. Pada saat itu jam sudah menunjukkan pukul 12.00, sedangkan kereta yang akan mengantarkan kami pulang ke Jogja akan berangkat pukul 14.30. Si supir angkot meramalkan bahwa macet akan terjadi berjam-jam. Akhirnya, dengan penuh simpati pak supir, kami diturunkan di pos ojek terdekat. Awalnya, tukang ojek di situ enggan mengantarkan kami karena macet yang luar biasa. Namun, berkat bujukan supir angkot yang baik hati, akhirnya pak ojek mau mengantarkan kami (Rp 20.000,00 permotor).

Sesampainya di Stasiun Malang (pukul 13.00), jalanan depan stasiun sangat ramai dengan fans Arema. Mereka memadati jalan dengan spanduk dan kendaraan yang sudah dipasangi alat musik. Mereka menabuh dan menyanyikan lagu-lagu penyemangat Arema. Jujur, baru kali ini saya melihat euforia fans sepak bola secara langsung di depan mata saya.

Fans Arema yang memadati jalan dan membuat jalanan macet
Sebelum masuk stasiun, kami makan siang terlebih dahulu di tempat makan di depan stasiun. Saya lupa nama tempat makan ini, yang jelas masakannya cukup enak dan menjual berbagai macam makanan, seperti soto, ayam goreng, mie ayam, dan sebagainya.
Daftar menu tempat makan di depan stasiun (keluar stasiun belok kanan)
Setelah kenyang, kami akhirnya memasuki stasiun dan melanjutkan perjalanan ke Jogja. Walaupun tujuan awal kami (backpacking) tidak tercapai, namun kami cukup puas dengan mencoba berbagai macam kuliner di Malang. Udara yang sejuk dan orang Malang yang rendah hati juga membuat kami ingin kembali lagi ke Malang. Sepertinya Malang cocok digunakan sebagai kota untuk menghabiskan masa tua (walaupun sekarang saya masih sangat muda) :-)